Sunday, October 21, 2018

Dzuljanah

DZULJANAH

Kuda (kuda arab berwarna putih berambut pirang) yang ditunggangi Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah bernama Dzuljanah, merupakan kuda kesayangan Rasulullah SAW yang diberikan kepada Imam Husain.

Ketika Imam Husain tersungkur dan jatuh pada pertempuran Karbala (680 M). Dzuljanah berjalan mengitarinya, melindungi junjungannya dari serangan musuh yang datang. Ia mengusap kepala Imam Husain yang bersimbah darah dengan kepalanya.
Puluhan orang merangsek mendekati Dzuljanah, tapi ia dengan tangkas mengibaskan kaki dan ekornya, bergeliat begitu perkasa, sehingga beberapa orang dan kuda-kuda lainnya jatuh binasa.

Merasa aman Dzuljanah kembali kepada Imam Husain, mengusap-usap darah yang mengalir dari kepala Imam Husain . Ketika melihat Imam Husein sudah sangat lemah, dan ia mendengar beliau menyuruhnya untuk segera pergi meninggalkannya, seketika itu Dzuljanah melengking dengan keras, jeritan, teriakan dan kesedihan yang amat sangat atas perpisahannya.

Kemudian dengan cepat ia lari ke tenda perempuan dan anak-anak. Setelah itu Dzuljanah tidak pernah terlihat lagi..

Tatkala Dzuljanah kembali ke perkemahan tanpa tuan yang telah menungganginya, seorang wanita yang mengenakan hijab tertentu turut mendekati Dzuljanah lalu menciuminya sambil meratap dan memeras air mata kesedihan. Wanita itu adalah Sahr Banu as, satu-satunya wanita non-Arab diantara wanita keluarga Imam Husain as yang mengerumuni Dzuljanah yang sudah penuh luka itu. Dia adalah puteri raja Persia yang telah mendapat anugerah Allah untuk menikah dengan cucu Rasul, Imam Husain as, dan setia kepadanya hingga akhir hayatnya sehingga dia tergolong wanita paling mulia. Tentang jati dirinya, ibu para imam suci sesudah Imam Husain ini berkisah sendiri sebagai berikut:

Menjelang detik-detik perpisahan dengan suaminya, Imam Husain as, Sahr Banu bersimpuh dengan beliau. "Wahai putera Rasul." Ucap Shar Banu. "Demi ibundamu Fatimah Azzahra, pikirkanlah nasibku nanti, karena di sini aku akulah orang yang paling asing. Selama ini aku bernaung di bawahmu dan dengan ini aku menjadi mulia. Namun, katakanlah apa yang aku lakukan nanti setelah kepergianmu? Aku bukanlah orang Arab ('ajam), dan engkau sendiri tahu besarnya permusuhan antara Arab dan 'ajam."

Sambil berlinang air mata, Imam Husain as menjawab: "Janganlah cemas, sebab Allah yang telah mengantarkanmu dari negeri 'ajam ke negeri Arab mampu mengembalikanmu ke negerimu lagi. Nantikanlah nanti sepeninggalku; Dzuljanah akan datang ke perkemahan. Naikilah Dzuljanah dan pergilah dari sini, dan ketahuilah pasukan musuh tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadapmu."

Diriwayatkan bahwa ketika Dzuljanah kembali dalam keadaan tak bertuan, Shar Banu ikut menyambutnya dengan ratap tangis hingga kemudian mengendarainya untuk pergi ke negeri asalnya. Sebelum pergi, beliau sempat ditegur oleh Hazrat Zainab.
"Hai menantu Fatimah Azzahra, gerangan yang sedang engkau pikirkan? Adakah engkau akan menambah berat beban kesedihan kami dengan kepergianmu?" Ujar Hazrat Zainab.
"Aku harus pergi sesuai perintah suamiku, Husain." Jawab Sahr Banu kepada adik iparnya itu.

Kepergian Hazrat Sahr Banu menuju negeri Persia itu dilepas dengan derai tangis orang-orang yang ditinggalkannya. Saat Dzuljanah sudah siap mengantarkan perjalanan jauh itu, Assajjad As berkata lirih kepada ibundanya:
"Ibunda, bersabarlah hingga aku ucapkan salam perpisahan denganmu."

Assajad As berusaha bangkit, namun tenaganya yang tersisa tak mendukungnya untuk berbuat itu sehingga sang ibu mendekati sendiri anaknya. Sambil memeluknya erat-erat beliau berucap: "Aku harus pergi dari sini sesuai perintah ayahmu. Aku telah menitipkanmu kepada bibimu, Zainab, karena aku tahu dia lebih penyayang daripada aku."

Ibunda Assajjad akhirnya pergi dibawa oleh Dzuljanah. Beberapa orang pasukan musuh sempat melihat bayangannya dari kejauhan saat beliau bergerak pergi seorang diri. Mereka berusaha mengejarnya, namun mereka terpaksa kembali lagi setelah kecepatan kuda Dzuljanah tak terkejar oleh kuda-kuda pasukan musuh

Saturday, September 1, 2018

Ketika kyai Hamid pasuruan di santet orang






Banyak orang yang mengenal Kyai Hamid dari segi kewaliannya, kezuhudannya, kewara’annya, kekaromahannya, dan lain sebagainya. Akan tetapi semua itu tak luput dari dua sifat yang khas dari beliau yaitu kesabaran dan ketawadhu’an, yang memang menjadi sifat keseharian kyai kelahiran lasem tersebut. Waktu Kyai Hamid masih terbilang baru di kota Pasuruan, kehidupan beliau tidak secara tiba-tiba disegani, dihormati, dan dicintai oleh masyarakat. Banyak sekali orang yang hasud kepada putra Kyai Abdulloh ini, akan tetapi, itu semua tidak pernah diambil pusing oleh beliau. Sifat sabar dan penuh tawakal itulah yang selalu beliau pakai untuk menghadapi semua itu.

Pernah pada suatu ketika, kyai hamid memanggil KH. Abdurrohman yang masih adik ipar beliau sendiri, ke dalamnya. Setelah masuk, Kyai Abdurrohman ini langsung duduk di depan Kyai Hamid yang sedang duduk di atas tempat tidurnya,

“Man…kowe arep tak kei weroh… tapi kowe … ojo ngomong nang sopo-sopo yo!” (Man… kamu mau aku beri tahu, tapi kamu jangan bilang ke siapa-siapa ya!) kata kyai hamid,

“inggeh kyai”, jawab Kyai Abdurrohman singkat.

Setelah menjawab demikian, akhirnya tak lama Kyai Hamid membuka baju yang dikenakannya, dan ternyata astaghfirllohal’adzim didalam tubuh beliau terlihat jelas ada sebuah keris yang melekat di dada seperti halnya orang yang terkena ilmu santet. Sontak Kyai Abdurohman terperangah dan terkejut melihat itu semua,

Kyai sinten sing nggarai panjenengan ngoten!” (Kyai siapa yang membuat anda seperti itu!), kata Kyai Abdurrohman dengan nada yang menunjukkan seakan-akan tidak terima kakak iparnya didzolimi oleh Orang.

“uwes koe orah perlu wero, sing penting kowe ojo kondo sopo-sopo yo… iku “Nusa’” nang ngarep, lek di tako’i ngomongo orah onok opo-opo yo, wes saiki moleo” (sudah, kamu tidak perlu tahu, yang penting kamu jangan bilang sama siapa-siapa ya… itu di depan ada “Nusa’” –panggilan akrab Kyai hamid kepada istrinya Ibu Nyai nafisah- di depan, kalau kamu ditanya, bilang tidak ada apa-apa, sudah sekarang kamu pulang)

 Akhirnya Kyai Abdurrohman keluar meninggalkan kamar dengan raut wajah yang sedih setelah melihat kakak iparnya didzolimi.

Ketika keluar, ternyata benar Bu Nyai Nafisah berada di ruang tamu, Bu Nyai Nafisah merasa penasaran memergoki adiknya yang berwajah sedih ketika keluar dari kamar Kyai Hamid “Man… onok opo?” (Man ada apa?), Tanya Bu Nyai Nafisah, mendengar pertanyaan seperti itu, Kyai Abdurrohman serasa tidak kuat untuk menahan kepedihan setelah melihat kondisi Kyai Hamid, dan itu semua membuat Kyai Abdurrohman lupa akan janjinya yang telah dikatakan kepada Kyai Hamid, ketika Kyai Abdurrohman akan menjawab jujur kepada Bu Nyai Nafisah tiba-tiba, “orah onok opo-opo kok Bu…” jawab Kyai hamid sembari melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Pada akhirnya Kyai Abdurrohman meminta izin pulang kepada Bu Nyai Nafisah. إن الله مع الصابرين Mungkin dari sini kita semua telah tahu, bahwa kenapa Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayangnya lebih kepada hamba-hambanya yang shaleh, dan kesabaran adalah sebuah kunci untuk menuju kesuksesan.

Friday, August 31, 2018

Harga seorang tamu

Ada seorang perempuan mengeluh kepada Rasulullah karena perilaku suaminya.
Suaminya selalu mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan menjamunya sehingga tamu-tamu tersebut menyebabkan sang istri menjadi repot dan merasa kelelahan.
Lalu wanita tersebut keluar meninggalkan Rasulullah dan tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rasul saw.
Setelah beberapa waktu...
Rasulullah pergi ke rumah suami-istri tersebut, Rasulullah bersabda kepada sang suami : "Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini."

Betapa bahagianya sang suami demi mendengar ucapan Rasulullah tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah.
Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat.
Dia lakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya.
Ketika Rasulullah akan pergi dari rumahnya setelah beliau mendapatkan kemuliaan dan merasa bahagia dengan keridhoan pasangan itu.

Rasulullah bersabda kepada suaminya :
"Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar."

Maka sang istri melihat Rasulullah keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang-binatang melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang yang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah.
Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya.

Maka Rasulullah bersabda : "Seperti itulah yang terjadi. Setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pula segala bala', bahaya dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu."

"Maka inilah hikmah memuliakan tamu dan tidak berkeluh kesah karena kedatangannya."
Rumah yang banyak dikunjungi tamu adalah rumah yang dicintai ALLAH
Begitu indahnya rumah yang selalu terbuka untuk anak kecil atau dewasa
Rumah yang di dalamnya turun rahmat dan berbagai keberkahan dari langit

Rasulullah bersabda : "Jika ALLAH menginginkan kebaikan terhadap satu kaum, maka ALLAH akan memberikan hadiah kepada mereka

Para sahabat bertanya : "Hadiah apakah itu, ya rasulullah?"

Rasulullah bersabda : "Tamu akan menyebabkan turunnya rezeki untuk pemilik rumah dan menghapus dosa-dosa penghuni rumah."

Rasulullah bersabda : "Rumah yang tidak dimasuki tamu (tidak ada tamu), maka Malaikat Rahmat tidak akan masuk ke dalamnya."

Rasulullah bersabda : "Tamu adalah penunjuk jalan menuju Surga."

Rasulullah bersabda : "Barangsiapa beriman kepada ALLAH dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya."

Marilah kita semua rela untuk menyediakan diri
menyediakan kasih sayang dengan cara saling berkunjung, bersilaturahmi menguatkan tali ukhuwah islamiyah antara sesama saudara muslim .

Sunday, August 26, 2018

Kisah ulama yang berbakti pada sang bunda

💟BAKTI SANG ULAMA PADA SANG BUNDA💟

“Kisah Keteladanan Al-Habib Ali Al-Habsyi (Kwitang)”


Suatu ketika tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang) sedang mengajar di rumahnya di hadapan muridnya yang cukup banyak, beliau mendengar suara ibunda tercinta, Nyai Salmah: “Li... Ali... Li...”, begitu panggil sang ibu.

Lalu Habib Ali, waktu itu telah berumur lebih dari 60 tahun, langsung saja permisi kepada semua muridnya: “Saya minta ridhanya untuk menemui ibu saya terlebih dahulu.”

Habib Ali pun menemui ibunya. Ternyata sang ibu minta diantarkan ke kamar mandi. Bergegaslah Habib Ali menggendong sang bunda pergi ke kamar mandi. Bukan itu saja, Habib Ali lah yang langsung membersihkan dan menyuci pakaian sang ibu. Meski ada istri tapi Habib Ali tidak mengizinkannya, karena demi bakti beliau terhadap sang ibu.

Padahal waktu itu Habib Ali telah dikenal sebagai ulama yang terpandang di tanah Betawi, tetapi beliau bila dipanggil sang ibu tanpa pikir panjang langsung memenuhi panggilan itu.

Ada suatu peristiwa dimana Habib Muhammad, putra Habib Ali, masih kecil sementara Habib Ali sedang dalam rihlah dakwahnya di Negeri Singapura. Dan sang ibu, Nyai Salmah, bertanya pada menantunya yaitu istri Habib Ali: “Mana Ali, putraku?”

Dijawab oleh istri Habib Ali: “Sedang dakwah di Singapura, Umi.”

Dengan spontan sang ibu memerintahkan pada menantunya itu: “Cepat kirim telegram, bilang padanya ibu memanggilnya untuk pulang!”

Langsung dikirimlah telegram itu kepada Habib Ali yang sedang berdakwah di Singapura. Sesampainya telegram itu pada Habib Ali, langsung beliau baca. Setelah dibaca, tanpa basa-basi Habib Ali pun permisi pamit untuk pulang karena sang ibu yang memanggilnya.

Begitulah tanda bakti seorang ulama besar, orang terpandang, panutan umat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi terhadap sang bunda tercinta.
Semoga kita meneladani kecintaan beliau kpd sang bunda,,, al fatihah 🙏😭

Saturday, August 25, 2018

Mbah kholil dan segelas susu

MBAH KHOLIL DAN SEGELAS AIR SUSU DI LAUT

Syahdan, Mbah Kholil Bangkalan Madura memanggil tiga santrinya, Mbah Manab (kelak menjadi pendiri Lirboyo) dan dua orang santri lainnya. "Anu Cung, tolong sampean carikan air susu di laut."

Saling pandang sejenak, ketiganya menjawab kompak, "Enggih, Kiai..."

Setelah pamitan mereka langsung berangkat. Dengan bekal keyakinan bahwa dawuh guru walaupun kelihatan mustahil tetap harus dilaksanakan. Selama tiga hari tiga malam mencari di lautan, ternyata hasilnya nihil.

Di tengah keputusasaan ketiganya bermusyawarah. "Bagaimana ini?"

"Lha iya, kalau kita jawab tidak ada berarti kan sama saja mengatakan guru kita tidak tahu, bodoh?" "Seperti beli rokok di toko bangunan," jawab lainnya.

"Wah gini saja, bagaimana kalau kita jawab 'Kami belum menemukan, Kiai,'" kata yang ketiga. Yang akhirnya jawaban ini disetujui dua orang temannya.

Lalu ketiganya sowan kembali ke Mbah Kholil, dan mengatakan kalau belum menemukan.

"Oh gitu. Ayo kalian ikut saya," kata Mbah KH. Kholil singkat.

Kemudian beliau mengajak ke tepi laut. Mengeluarkan gelas yang dibawa dari rumah dan mengambil air laut dengan gelasnya. Aneh bin ajaib, ternyata air laut itu berubah menjadi susu! "Sekarang mintalah kepada Allah keinginan kalian, dengan lantaranku." Ucap Mbah Kholil.

Dua orang santri pertama meminta agar kaya raya. Sedangkan Mbah Manab meminta ilmu yang bermanfaat. Kelak keinginan mereka terkabul. Dua orang santri itu benar-benar kaya raya, namun kekayaannya habis berbarengan dengan meninggalnya. Sedangkan Mbah Manab bisa mendirikian Pondok Pesantren Lirboyo yang santrinya menyebar ke seluruh Nusantara .

Terbukanya hati imam Junaid al baghdadi

Bismillah..
TERBUKANYA HATI IMAM JUNAID AL-BAGHDADI KARENA CINTA AHLUL BAIT .



Di waktu mudanya Imam Junaid al-Baghdadi adalah seorang yang memiliki badan kekar dan menunjang hidupnya dengan cara bermata pencaharian sebagai pegulat profesional. Dan seperti biasa, setiap tahunnya diadakan kontes gulat oleh Penguasa Baghdad dan mereka mengumumkan :
"Hari ini, Junaid Baghdadi (juara bertahan) akan menunjukkan keahliannya sebagai pegulat, apakah ada orang yang berani menantangnya?" Lalu seorang pria tua, berdiri dengan leher gemetar dan berkata :
"Aku akan ikut masuk kontes ini dan menantang dia."
Siapapun yang menyaksikan adegan ini tidak bisa menahan diri, mereka meledak tertawa dan bertepuk tangan. Raja pun sudah terikat oleh aturan hukum. Dia tidak bisa menghentikan seseorang yang dari kehendak bebasnya sendiri ingin memasuki pertarungan.
Orang tua itu diberi izin untuk memasuki ring. Ia berusia sekitar 65 tahun. Ketika sang juara bertahan Junaid al-Baghdadi memasuki ring, ia tercengang sebagaimana Raja dan semua penonton yang hadir. Semua memiliki pikiran yang sama, "Bagaimana mungkin orang tua ini akan mampu melawan dan menang?" Orang tua itu berjabat tangan dengan Imam Junaid dan dengan suara lirih berkata :
"Dekatkanlah aku kepada telingamu,Dengarkan kata-kataku," Ia kemudian berbisik : *"Aku tahu bahwa tidak mungkin bagiku untuk memenangkan pertarungan ini. Aku adalah seorang Sayyid, keturunan Nabi Muhammad ﷺ. Anak-anakku sedang kelaparan di rumah. Apakah engkau siap untuk mengorbankan namamu, kehormatan dan posisimu untuk cinta pada Nabi Allah dan kehilangan pertarungan ini karenaku.?
Jika engkau melakukan hal ini, aku akan dapat mengumpulkan uang hadiahnya dan dengan demikian memiliki sarana untuk memberi makan anak-anakku dan aku sendiri dapat memenuhi kebutuhan selama satu tahun penuh. Aku akan dapat menyelesaikan pembayaran semua hutangku dan di atas semuanya, Rasulullah ﷺ akan senang/ridha dengan engkau. Apakah engkau, wahai Junaid, tidak bersedia mengorbankan kehormatanmu demi anak-anak cucu Rasulullah?"
Junaid al-Baghdadi berpikir sejenak dan berkata : "Toyyib, hari ini aku memiliki kesempatan yang sangat baik." Akhirnya dengan tampilan yang bersemangat Junaid al-Baghdadi menunjukkan beberapa manuver, menunjukkan kemahiran bergulatnya sehingga Raja tidak menduga ada konspirasi apapun. Junaid dengan kemahiran yang luar biasa, tak mempergunakan kekuatan penuhnya mampu membuat dirinya sendiri terjatuh, ditindihi orang tua itu.
MasyaAllah Tabarakallah!!
Dan dengan kerendahan hatinya, Junaid pun memproklamirkan akan kekalahannya. Sehingga ia memberikan hak kepada orang tua itu sebagai pemenang dan meraih hadiahnya. Kemudian tiba-tiba saja di malam harinya, Junaid al Baghdadi bermimpi bertemu Nabi Muhammad ﷺ yang mengatakan :
*"Duhai Junaid, engkau telah mengorbankan kehormatanmu, ketenaranmu yang telah diakui di seantero negeri. Nama dan posisi yang digembar-gemborkan di seluruh penjuru Baghdad bertukar demi ekspresi cintamu untuk anak-anakku yang kelaparan. Pada hari ini dan abadi untuk seterusnya, namamu akan tercatat dalam daftar Auliya' (wali Allah)."
Setelah itu, pegulat besar ini berhasil belajar untuk mengalahkan nafsunya dan menjadi salah satu Waliyullah paling terkemuka pada masanya.
Laa haula walaa quwwata illa billah.
kitab "Tajalliyat al-Jadzb" karya asy-Syaikh Muhammad Hakim Akhtar.
اللهم ارزقنا محبة اهل البيت
Ya Allah jadikanlah semua ummat islam sebagai pecinta2 keluarga Nabi Muhammad SAW

Sejarah syekh yang memiliki 5 makan di berbagai daerah

Sejarah Syekh Yusuf Makassar Punya Makam di 5 Tempat
===========================
Makamnya ada di Sri Lanka, Banten, Sumenep, Makassar dan Afrika. Di mana jasadnya berada?
________________________



Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani (lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 3 Juli 1626 – meninggal di Cape Town,Afrika Selatan, 23 Mei 1699 pada umur 72 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia juga digelari Tuanta Salamaka ri Gowa ("tuan guru penyelamat kita dari Gowa") oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan.

Syekh Yusuf Tuanta Salamaka, terkenal sebagai wali, ulama sufi yang berhasil menyebarkan agama Islam hingga daratan Afrika. Di negeri itu pula, putra kelahiran Sulawesi Selatan ini wafat, setelah diasingkan oleh pemerintah kompeni di Batavia.

Berdasarkan catatan juru kunci makam, berita meninggalnya Syekh Yusuf beredar luas, termasuk ke tanah Goa (sekarang Gowa). Pihak kerajaan dan bangsawan Gowa pun memulangkan jenazah wali Allah tersebut.

Proses pemulangan jenazah Syekh Yusuf bukan perkara mudah. Pasalnya, kata Rahmat, pemulangan itu tidak mendapat restu dari pemerintah Kompeni. "Masih ada ketakutan dari penjajah akan munculnya semangat perlawanan dari Nusantara jika dipulangkan," kata Rahmat.

Negosiasi pemulangan jenazah Syekh Yusuf yang dilakukan oleh Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil, berhasil enam tahun kemudian, atau tepatnya tahun 1705. Itupun, konon, ada syarat yang harus dipenuhi: yang bisa kembali ke Nusantara adalah anak-anaknya yang berusia lima tahun ke bawah.

Dalam perjalanan pulang itulah, jenazah Syekh Yusuf sempat disinggahkan di beberapa tempat, seperti Sri Lanka, Banten, Sumenep (Madura), terakhir di Makassar. Daerah-daerah itu dikenal banyak tinggal murid dan pengikut tarekat Khalwatiyah.

"Di setiap daerah yang disinggahi, maka para pengikut dan murid berinisiatif membuat makam sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan. Makanya makam Syekh Yusuf itu diyakini di beberapa tempat," jelas Rahmat.

Ia juga meyakinkan, bahwa jasad yang asli itu berada di Makassar. Sedangkan makam di Sri Lanka, itu berupa jubah dan sorban, di Banten, yang dimakamkan adalah tasbih, dan makam di Sumenep, juga berupa jubah dan sorban.

"Kalau di Afrika itu ditegaskan sebagai makam awalnya sebelum dipindahkan ke Makassar," tambahnya.

Sebagai pelabuhan terakhir, Syekh Yusuf kini dimakamkan di Lakiung, atau saat ini lebih dikenal dengan Ko'bang, yang berada di Jalan Syekh Yusuf, perbatasan Gowa dan Makassar.

Saat ini, makam wali besar Sulawesi Selatan ini sungguh sangat dihormati, dihargai, dan dijaga keberadaanya. Setiap harinya, makam tersebut ramai dikunjungi masyarakat, yang berasal dari penjuru dunia. Menurut Rahmat, pengunjung pada hari normal, tidak kurang dari 20 orang setiap harinya.

"Tapi setelah lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, para pengunjung paling ramai. Pernah mencapai lebih dari 1000 orang," kata dia.

Kedatangan warga tersebut adalah untuk berziarah, semata-mata mengharap keramat dari almarhum Syekh Yusuf. Apalagi jika mereka meniatkan sesuatu serta ada keinginan dan harapan yang tercapai, seperti nazar.

Dalam sejarahnya, Syekh Yusuf merupakan pendiri ajaran tarekat khalwatiyah. Kemudian, Syekh Yusuf juga berhasil mendapat dua penghargaan sebagai pahlawan nasional dari Indonesia pada 9 November 1996 dan dari pemerintah Afrika Selatan pada 23 September 2005.

"Afrika Selatan memang sangat berterima kasih pada Syekh Yusuf karena ajaran Islam di sana yang tidak membedakan warna kulit. Dia di sana bahkan digelar As-salam," kata dia lagi.

Makam Syekh Yusuf berada dalam sebuah kompleks. Untuk menandai makam tersebut, dibangun sebuah kubah, dikenal dengan Ko'bang, berukuran 11 x 11 meter persegi. Dalam kubah tersebut terdapat 11 makam termasuk Syekh Yusuf. Sedangkan lainnya adalah istri dari Sultan Gowa, I Sitti Daeng Nisanga, yang berada di sisi kiri dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil, yang berperan besar memulangkan jenazah Syekh Yusuf.

Sembilan makam lainnya adalah pengikut dan kerabat dari Syekh Yusuf, yang masing-masing bernama Mappadulung Daeng Mattimung, Karaengta Panaikang, Syekh Abd. Basyir, Tuang Loeta, I Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng, Tanri Abang dan Daeng Ritasammeng

Makam tersebut kini menjadi cagar budaya yang harus dipeliharan karena dilindungi Undang-undang. (Laporan: Rahmat Zeena | Makassar, umi)

Abu Hamid mengguratkan sebuah catatan usai mengunjungi sebuah bukit di kawasan Faure, Desa Macassar, Afrika Selatan, di musim gugur Bulan April 1993. Suasana yang nyaris hampir sama, Republika temui pada 28 September 2005 lalu, saat Wapres M Jusuf Kalla beserta rombongan berkesempatan mengunjungi kompleks makam tersebut. Pada kesempatan itu, Wapres meresmikan Masjid Nurul Latief yang berjarak sekitar 200 meter di depan kompleks makam. Macassar Faure terletak sekitar 20 kilometer dari Cape Town. Tidak hanya di Cape Town, makam Syekh Yusuf juga ada di Gowa, Banten, serta Kaap, Srilanka.

Masih menjadi pertanyaan besar, di mana sesungguhnya jenazah Syekh Yusuf dimakamkan. Di masing-masing makam tersebut, masyarakat sekitar sangat meyakini jenazah Syekh Yusuf berada di makam setempat. Awal bulan ini, Syekh Yusuf dianugerahi penghargaan Oliver Thambo, yaitu penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan. Penghargaan diserahkan langsung oleh Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, kepada tiga ahli warisnya. Dua di antaranya adalah Andi Makmun, keturunan kesembilan Syekh Yusuf dan Syachib Sulton, keturunan kesepuluh.Penyerahan penghargaan sebagai pahlawan nasional Afrika Selatan itu disaksikan langsung oleh Wapres M Jusuf Kalla di Union Building, Pretoria, Afrika Selatan.

Syekh Yusuf dilahirkan di Makassar dengan nama kecil Muhammad Yusuf pada tahun 1626 Masehi dalam Kerajaan Gowa. Ada dua versi nama ayah Syekh Yusuf. yaitu Abdullah, versi Hamka. Sementara berdasarkan Lontarak RTSG versi Tallo, disebutkan ayah Syekh Yusuf adalah Gallarang MoncongloE. Sementara ibunya bernama Aminah.

Seperti diutarakan Abu Hamid, pengarang buku tersebut, sebagai seorang ulama syariat, sufi dan khalifah tarikat dan seorang musuh besar Kompeni Belanda, Syekh Yusuf dianggap sebagai 'duri dalam daging' oleh pemerintah Kompeni di Hindia Timur. Ia diasingkan ke Srilanka, kemudian dipindahkan ke Afrika Selatan, dan wafat di pengasingan Cape Town (Afrika Selatan) pada tahun 1699.

Pada zamannya (abad ke-17), ia dikenal pada empat tempat, yaitu Banten dan Sulawesi Selatan (Indonesia), Srilanka, dan Afrika Selatan yang berjuang mewujudkan persatuan dan kesatuan untuk menentang penindasan dan perbedaan kulit. Murid-murid Syekh Yusuf yang menganut tarekat Khalwatiyah terdapat di Banten, Srilanka, Cape Town, dan beberapa negara di sekitarnya. Mayoritas orang-orang Makassar dan Bugis di Sulawesi Selatan masih mengamalkan ajarannya sampai sekarang ini.

Wallohu a'lam bish-showab.

Indahnya toleransi Imam syafi'i

Belajar Toleransi dari Imam Syafi’i saat Ziarahi Makam Abu Hanifah.
Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam karyanya, kitab at-Tibyân, mengisahkan, suatu kali Imam Syafi’i berziarah ke kuburan Abu Hanifah. Tak seperti peziarah pada umumnya, Imam Syafi’i rela menginap di area makam hingga tujuh hari.
Selama tinggal di area makam tersebut, Imam Syafi’i tak henti-hentinya membaca Al-Qur’an. Tiap kali khatam, ia selalu menghadiahkan pahala membaca Al-Qur’an itu kepada Imam Abu Hanifah.
Yang unik tentu saja adalah tata cara shalat Imam Syafi’i yang lain dari biasanya. Pengarang kitab induk usul fiqh ar-Risâlah ini tak membaca qunut tiap sembahyang shubuh selama mukim di qubbah makam Abu Hanifah.
Padahal dalam madzhab syafi’i, qunut hukumnya sunnah ab’adl (kalau lupa/tertinggal disunatkan sujud sahwi). Hal ini didasarkan pada hadits;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan qunut shubuh sampai beliau berpisah dari dunia (wafat)” (HR. Ahmad dan Abd Raziq). Mengapa?
Jawab Imam Syafi’i:
لأن الإمام أبا حنيفة لا يقول بندب القنوت في صلاة الصبح، فتركته تأدبا معه
“Karena Imam Abu Hanifah menolak kesunahan membaca qunut dalam shalat subuh. Saya tak membaca qunut sebagai bentuk penghormatan terhadap beliau.”
Menurut Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, kenyataan tersebut menunjukkan keluhuran budi para ulama salaf dalam menyikapi perbedaan (ikhtilâf).
Kenyataan serupa juga terjadi pada generasi sahabat Nabi, perbedaan pemikiran tak menjadikan mereka saling mencaci dan saling bermusuhan.
Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad

Wallahu a'lam.

Sejarah KH Ahmad Tabroni

DESA-RANGDUMULYA
MENJADI DESA YANG BERMARTABAT
Minggu, 26 August 2018

SEJARAH KH. AHMAD TABRONI

KH. Ahmad Tabroni

Mutiara Ilmu yang Tersembunyi di Pantai Utara

Sebagai orang yang pernah hidup di jamannya ketika mengingat nama KH. Ahmad Tabroni, hati saya bergetar karena banyaknya peristiwa yang saya kenang peristiwa yang menjadi suri tauladan, menakjubkan, seputar kharisma dan kesolehannya menorehkan sejarah tetesan tinta megan untuk dikenang sepanjang masa.

Tulisan ini berdasarkan keta`dziman penulis terhadap beliau. Semoga beliau meridhoinya. Karena tidak ada niatan lain kecuali untuk menceritakan kisah-kisah yang baik yang mengandung pelajaran supaya kami semua bisa mencontohnya,

Penulis tidak tahu persis kapan  KH. Ahmad Tabroni bin H. Romli  di lahirkan. Namun yang jelas beliau wafat sekitar tahun 1996. Beliau seorang ajengan sufi yang memiliki pesantren dan mengajar santri di Sekitar Pantai Utara, tepatnya di Desa Rangdumulya, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang.  Semasa hidupnya KH. Ahmad Tabroni pernah nyantri di KH. Tubagus Ahmad Bakri atau yang lebih dikenal dengan Mama Sempur, seangkatan dengan KH Ahmad  Dimyati atau Abuya Dimyati Banten.  KH. Ahmad juga pernah mengenyam pendidikan di KH, Ahmad Busyaeri Rawamerta dan mengaji di sejumlah pesantren.

KH. Ahmad Tabroni sangat bersahabat dengan Abuya Dimyati, keduanya tidak hanya sebagai sahabat, namun satu sama lain saling memuji soal khasanah keilmuannya. Bahkan, antara Abuya Dimyati dan KH. Ahmad Tabroni sering kali bertamu dan meminum segelas air secara  bersamaan  keduanya berharap barokah.

Tindakan ini dilakukan, konon saat KH. Ahmad Bakri atau Mama Sempur meninggal, Abuya memimpikan jika keranda Mama Sempur itu diusung menuju pesantren KH. Ahmad Tabroni. Bahkan,  menurut cerita sepuh di sana, keilmuan dan kesufian Mama Sempur berasimilasi (menyatu) terhadap KH. Ahmad Tabroni sedangkan keilmuan Sufi dan kanuragannya berasimilasi terhadp Abuya. Atas mimpi itu keduanya sama-sama mentadzimkan.

Tidak banyak memang yang mengenal sosok, pemikiran dan perjuangan KH. Ahmad Tabroni. Karena beliau lebih banyak “sembunyi” atau tinggal di pesatrennya dan hampir tidak pernah pepergian ke luar kota. Ia sesekali pepergian menuju  Citeko, Plered Kabupaten Purwakarta jika menghadiri acara haul gurunya yaitu Mama Sempur.

Wajahnya putih bercahaya, ia sering memakai jubah putih dan bersarung corak dengan berbaju koko putih dan peci haji putih yang dibalut surban (bendo)  suaranya pelan, namun anehnya kata demi kata yang meluncur dari bibirnya selalu bisa didengar dengan jelas. KH. Ahmad Tabroni seorang kyai yang berjalan menunduk tidak pernah mensejajarkan kepalanya saat berjalan, gaya berjalnnya cepat dan tidak pernah menoleh ke kanan dan kiri. Beliau yang matanya terjaga memandang lain jenis. Saat mengisi pengajian ibu-ibu, ia mengajar dengan dikelilingi hijab berwarna hitam. Ia juga termasuk ajengan yang anti mengenakan speker, tetapi tidak pula mengharamkannya bagi pengguna speker.
Kendati tidak pernah kemana-mana, semasa hidupnya beliau banyak dikunjungi dan punya hubungan kedekatan dengan para habaaib, baik dari Bogor, Sukabumi, Purwakarta dan Jakarta. Bahkan, sejumlah tamu dari luar daerah banyak yang bersilaturrahmi terhadapnya. Ia tidak memilih-milih tamu yang datang ia membuka diri kepada siapa pun dan selalu respons menerima tamu yang bersilaturrahmi kendati terkadang keinginan tamu itu ada yang menyimpang menurut pandangannya.

Semasa hidup hampir semua kegiatannya dihabiskan untuk beribadah. Hal itu terlihat dari tulisan-tulisan wiridan dana amalan ibadah kesehariaan yang ia tulis dalam sebuah buku. Saat beliau meninggal, dalam lembaran kitab kuning yang biasa diajarkan ke santri ada sebuah tulisan yang mengkisahkan lengkap dengan tanggal, hari bulan dan tahunnya, ia menceritakan pernah sepuluh kali bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dia juga pernah bermimpi berkumpul dengan para wali dan di hadapan para wali itu nama beliau diperkenalkan oleh  Waliyullah Syeh Abdl Qodir Jaelani seraya janggut beliau sempat diusap oleh pemimpin para wali itu. Saat terbangun dari tidur janggut KH. Ahmad Tabroni yang hitam lebat tiba-tiba berubah warnanya menjadi putih. Setelah kejadiaan itulah, maka rambut dan bulu alis KH. Ahmad Tabroni itu berwarna hitam, tetapi hanya janggutnya saja yang berwarna putih. Tulisan itu baru terbuka oleh putranya  setelah KH. Ahmad Tabroni wafat.

Beliau seorang sufi  dan menolak duniawi, pernah suatu  hari  segerombolan burung walet masuk dan bersarang di dalam majlisnya, lalu beliau mengusirnya. Ketika beliau meninggal di dalam kamarnya menumpuk amplop yang masih utuh belum dibuka. Amplop yang diduga pemberian tamu itu hanya diletakan saja dan hampir memenuhi lemari. Beliau termasuk ulama yang tidak pernah mau disentuh bantuan dari pemerintah untuk membangun pesantrennya. KH. Ahmad Tabroni termasuk kyai menerima kehadiran penguasa yang datang ke pondok dengan biasa-biasa saja. Atau terkadang tidak ia temui.

Kendati sikapnya demikian ia tidak anti pemerintah, ia mengamalkan ajaran gurunya ( Mama Sempur)  yang bunyinya wajib taat terhadap pemerintah yang lalim sekalipun, selagi tidak memerintahkan durhaka kepada Allah SWT. Saat pemilihan partai politik atau pemilu beliau pun mengikutinya dengan masuk ke bilik suara, tapi kartu suara yang saat itu hanya tiga partai itu ditutup kembali satu pun tidak ada yang dicoblos. Beliau hanya mencoblos satu kali saat pemilihan kepala desa, alasannya beliau mengenal sosok yang dipilihnya secara baik dan berakhlak baik.

Pernah suatu ketika di desanya, kabel PLN yang melintas tepat ke salah satu bangunan pesantren mengeluarkan percikan api dan mengeluarkan suara yang menggelegar. Percikan itu juga terjadi ke hampir seluruh standar kabel di sejumlah rumah. Saat itu masyarakat  secara bersama-sama lari berhamburan menuju areal pesawahaan, menghindari peristiwa tersebut.

Hanya KH. Ahmad yang tidak berada di pesawahan.  Saat akan dijemput, salah seorang warga,  beliau tidak mau mengungsi sebaliknya malah menggelar sajadah untuk sholat sunat. Karena khawatir terjadi sesuatu salah seorang menungguinya. Setelah solat selesai beliau berdiri di bawah lintasan kabel dan kabel yang mengeluarkan percikan api itu terputus, anehnya tidak menimpanya melainkan kabel itu terjatuh dalam posisi menggeser dan percikan api itu mati.

Masih banyak kisah-kisah karomah  KH. Ahmad Tabroni yang terlalu panjang untuk di tulis termasuk pertemuannya denga Salah seorang habib sahabatnya dari Sukabumi di Mekah yang sepulang dari mekah habib tersebut kaget ternyata KH. Haji Ahmad tidak ke mana-mana.

SEPERTI TAHU BELIAU AKAN WAFAT

Setiap bulan suci Ramadhan program mengaji sampai khatam (kilatan) salah satunya mengkaji kitab dala’il sampai kupas tutas. Pada bulan-bulan lainnya tidak ada pengajian yang membahas kitab dalail. Salah seorang tamu bernama Arif Rahman Hakim, putra salah seorang kyai dari Kampung Tuwel, Kecamatan Selawi Kab. Tegal meminta mengaji Dala’il. Biasanya belaiu menyarankan untuk mengikuti saja di bulan Ramadhan. Namun, beliau malah mengajarkannya hingga khatam. Ternyata KH. Ahmad Tabrani tidak menemukan lagi bulan Ramdhan karena beliau keburu wafat.

Pada akhir hidupnya, beliau harus di Rawat di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang, kerana menderita sakit radang tenggorokan. Saat sakit  ibadah kesehariannya tidak ditinggalkan. Bahkan ia mempertahankan tetap langgeng wudhu. Suatu ketika ia meminta yang menungguinya di rumah sakit untuk tidak gaduh dan dimita para penunggunya itu tidur, tida lagi terjaga semalaman. Alasannya, beliau ingin ber istirahat. Sepertinya isyarat itu tertangkap karena pada saat itu ia harus beristirahat panjang selama-lamanya menemui sang Khalik.
Desa-Rangdumulya


Semoga bermanfaat

Indahnya negeriku indonesia

AL HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN AL-JUFRI :
"AKU TELAH BERKELILING DUNIA DAN YANG AKU LIHAT MEREKA SEMUA KERING DARI KECINTAAN KEPADA RASULULLAH SAW...TAK PERNAH AKU TEMUKAN KECINTAAN YANG LEBIH BESAR DARIPADA KECINTAAN MASYARAKAT INDONESIA".


Lebih lanjut lagi Al Habib Ali Aljufri berkata :
"Hadirnya kalian di perkumpulan besar ini meninggalkan segala urusan dunia kalian yang semuanya itu di dasari dari Kecintaan yang besar yang ada di hati-hati kalian kepada Rasulullah Saw dan itu pulalah yang membuat aku hadir dari tempat yang jauh, karena ingin mendapatkan Kemuliaan berkumpul bersama kalian para Pecinta Rasulullah Saw".
"Akan datang masanya nanti datang penduduk Dunia (Dari America, Rusia, Cina, Inggris, dll) ke Indonesia, untuk belajar lebih dekat dengan Allah Swt dengan kecintaan kepada Rasulullah Saw pada Masyarakat Indonesia".
"Aku (Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri) telah berkeliling Dunia dan yang aku lihat mereka semua kering dari Kecintaan kepada Rasulullah Saw yang perlu ada contohnya dan tak pernah aku temukan Kecintaan yang lebih BESAR daripada Kecintaan Masyarakat Indonesia".
"Maka jagalah kecintaan ini jangan dengarkan mereka yang mencoba meruntuhkan dan memudarkan kecintaanmu kepada Rasulullah Saw dan pada Ahlul Bait serta para Sahabatnya Ra".
"KARENA KALIAN ADALAH AHLUL MADINAH...Kalian (Penduduk Indonesia) menerima Islam yang di bawa oleh Walisongo (9 Wali) tanpa peperangan, begitu pula penduduk Madinah masuk Islam tanpa peperangan".
"Kalian (Penduduk Indonesia) selalu menyambut dengan hangat tamu-tamu dari luar negeri dengan kasih sayang dan Akhlaq dan budi pekerti yang luhur, begitu pulalah Ahlul Madinah menyambut kaum Muhajirin yang Hijrah bersama Rasulullah Saw".
Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

Kisah kesabaran nabi ismail (sejarah hari raya idul adha)

23:00:00  BELAJAR ISLAM
Kisah Kesabaran Nabi Ismail (Sejarah Hari Raya Idul Adha)

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.

“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.

Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT. Ada yang mengatakan saat itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma'il, artinya "Allah telah mendengar". Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru: "Allah mendengar doaku".

Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).”

Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.

Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.

Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.

Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.

“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.

“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.

Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.

“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.

“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.

“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.

“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.

“Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.

Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”

“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.

“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.

Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.

Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”

“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma'il.

Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”

Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.

Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”

Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.

Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)

Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).

(Semoga bermanfaat)

Indahnya persahabatan

Di dalam Kitab Durratun Nashihin karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khaubawiyiyi diceritakan bahwa ada dua orang yang bersahabat karib di dunia. Namun, ketika meninggal dunia, keduanya mendapatkan perlakuan yang tidak sama.
Satu orang dari keduanya adalah orang saleh yang meninggal dunia dengan tenang. Seumur hidupnya diisi dengan amal ibadah dan perbuatan baik. Sementara itu, yang satunya banyak menghabiskan waktunya di dunia dengan perbuatan maksiat dan melanggar perintah Allah SWT.
Dijelaskan dalam kitab tersebut, ketika orang saleh itu meninggal dunia, ia diterima oleh Malaikat Ridwan dengan rasa hormat.
Sambil membungkuk, Malaikat Ridwan berkata,
"Silahkan Tuan masuk surga yang merupakan hak Tuan. Saya antarkan sampai ke pintu gerbangnya."
Menolong Sahabat
Dengan rasa penuh suka cita, orang saleh itu melangkah menuju surga. Namun, tiba-tiba ia tersentak kaget, lalu menghentikan langkahnya. Ia mendengar suara yang sudah sangat dikenalnya,
"Sahabatku, tolongah aku. Atas nama persahabatan kita yang akrab, selamatkanlah aku dari neraka, "begitu suara itu yang terus menerus memanggil orang saleh tersebut.
Orang saleh tersebut memperhatikan sekeliling dan mencari-cari asal suara itu. Dilihatnya ada seorang laki-laki sedang diseret-seret menuju neraka oleh Malaikat Malik yang wajahnya begitu menakutkan.
"Ya Allah, laki-laki itu adalah sahabatku semasa hidup di dunia dulu, "guman orang saleh itu.
Karena merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh sahabatnya itu, orang saleh tersebut akhirnya tidak mau masuk ke surga. Ia malah minta untuk diantarkan ke neraka.
"Antarkanlah saya ke neraka, "pinta orang saleh itu kepada Malaikat Ridwan.
Mendengar pernyataan itu, Malaikat Ridwan terperanjat kaget. Dan dengan keras dia menolak permintaan orang saleh itu.
"Bagaimana saya akan membawa Tuan ke neraka, padahal saya diperintahkan mengantar Tuan ke surga? Silahkan Tuan, tidak usah ragu-ragu. Surga yang indah itu milik Tuan dan saya akan melayani Tuan secara baik-baik, "jelas Malaikat Ridwan meyakinkan orang saleh tersebut.
"Aku tidak membutuhkan surga maupun pelayananmu. Bawalah saya ke neraka, "ujar orang saleh itu dengan suara agak keras.
Karena merka saling bersitegang dengan pendiriannya masing-masing, maka terdengarlah sebuah suara gaib Yang Maha Agung.
"Wahai malaikatku, sebenarnya Aku telah mengetahui apa yang tersembunyi di balik dada hambaKu yang saleh ini.amun, agar lebih jelas bagimu, tanyakan sendiri kepadanya kenapa ia memilih neraka daripada surga, "kata suara itu.
Malaikat Ridwan segera memenuhi perintah itu dan bertanya,
"Mengapa Tuan lebih menyukai neraka daipada surga?"
"Engkau lihat orang yang sedang diseret-seret menuju neraka itu? Ia adalah sahabatku selama hidup di dunia. Ia menjerit-jerit minta tolong agar aku membebaskannya dari ancaman neraka. Aku sadar sepenuhnya, tidak mungkin aku yang lemah ini menyelamatkannya dari neraka dan membawanya ke surga. Karena itu, lebih baik aku yang ke neraka agar dapat bersama-sama dengannya, "ujar orang saleh itu.
Ikut Menuju Surga
Mendengar jawaban ini, Malaikat Ridwan semakin kaget dan terharu.
Kemudian terdengarlah suara gaib kembali.
"Wahai hambaKu yang saleh, dengan segala kelemahanmu, engkau rela masuk neraka untuk bersama-sama dengan sahabatmu yang telah menemanimu sebentar saja di dunia. Padahal, sepanjang umurmu, engkau begitu taat dan berbakti kepadaKu, memujaKu sebagai Tuhanmu. Bagaimana Aku rela membiarkanmu masuk neraka? Karena itulah Aku hadiahkan sahabatmu itu untukmu, dan ajaklah dia masuk surga bersamamu. Inilah ganjaran yang sepadan bagimu, "terang suara itu.
Maka, dengan ke-Maha Pengampunan Allah SWT kepada makhlukNya itu, kedua sahabat karib tersebut akhirnya diantarkan ke surga dan masuk ke dalamnya. Ahli maksiat itu mendapatkan hikmah berupa kenikmatan lantaran dirinya berkumpul dan bersahabat dengan orang saleh semasa hidupnya di dunia.
Wallahu A'lam....
Wassalamu'alaikum wr. wb.