Saturday, August 25, 2018

Indahnya toleransi Imam syafi'i

Belajar Toleransi dari Imam Syafi’i saat Ziarahi Makam Abu Hanifah.
Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam karyanya, kitab at-Tibyân, mengisahkan, suatu kali Imam Syafi’i berziarah ke kuburan Abu Hanifah. Tak seperti peziarah pada umumnya, Imam Syafi’i rela menginap di area makam hingga tujuh hari.
Selama tinggal di area makam tersebut, Imam Syafi’i tak henti-hentinya membaca Al-Qur’an. Tiap kali khatam, ia selalu menghadiahkan pahala membaca Al-Qur’an itu kepada Imam Abu Hanifah.
Yang unik tentu saja adalah tata cara shalat Imam Syafi’i yang lain dari biasanya. Pengarang kitab induk usul fiqh ar-Risâlah ini tak membaca qunut tiap sembahyang shubuh selama mukim di qubbah makam Abu Hanifah.
Padahal dalam madzhab syafi’i, qunut hukumnya sunnah ab’adl (kalau lupa/tertinggal disunatkan sujud sahwi). Hal ini didasarkan pada hadits;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan qunut shubuh sampai beliau berpisah dari dunia (wafat)” (HR. Ahmad dan Abd Raziq). Mengapa?
Jawab Imam Syafi’i:
لأن الإمام أبا حنيفة لا يقول بندب القنوت في صلاة الصبح، فتركته تأدبا معه
“Karena Imam Abu Hanifah menolak kesunahan membaca qunut dalam shalat subuh. Saya tak membaca qunut sebagai bentuk penghormatan terhadap beliau.”
Menurut Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, kenyataan tersebut menunjukkan keluhuran budi para ulama salaf dalam menyikapi perbedaan (ikhtilâf).
Kenyataan serupa juga terjadi pada generasi sahabat Nabi, perbedaan pemikiran tak menjadikan mereka saling mencaci dan saling bermusuhan.
Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad

Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment